Rabu, 14 November 2012

UAV Banshee Meggitt Crash in Bintan Kepri "Milik Siapa?


TANJUNGPINANG (HK), Pesawat tanpa awak yang ditemukan nelayan terapung di perairan Tanjung Berakit, Bintan, Senin (12/11) lalu  bukan jenis pesawat pengintai tetapi sasaran tembak (drone target).
Panglima Komando Sektor Pertahanan Udara Nasional (Pangkosekhanudnas) 1, Marsekal Pertama TNI, Tri Budi Satriyo mengatakan hal itu kepada wartawan usai serahterima jabatan Dansatrad 213 Tanjungpinang di Mako Satrad 213 Tanjungpinang, Selasa (13/11).

"Ini bukan pesawat tanpa awak yang melakukan pengintaian, tetapi ini adalah 'drone target' untuk latihan penembakan simulasi yang bisa dilepaskan dari daratan dan laut," katanya.

Tri mengatakan alat untuk latihan tembak itu bisa bertahan di udara selama 1 jam 15 menit dengan kecepatan 200 knot sebelum jatuh ditembak atau jatuh sendiri tanpa kena tembakan saat latihan tersebut. Bahkan kegagalan dalam penembakan itu bisa mencapai 30 persen.

Sementara dari negara mana asal pesawat itu, Tri mengaku belum mengetahuinya. Namun  yang jelas alat ini digunakan oleh 40 negara termasuk Indonesia. Meski demikian untuk membuktikan alat tersebut berasal dari mana lanjutnya akan dibawa ke Puslitbang TNI AU di Jakarta.

Disebutkannya, drone target tersebut diperkirakan sudah beberapa hari terapung dan dibawa arus, sehingga bagian battery yang berada di dalam badan pesawat serta bagian baling-baling yang berada di bagian belakang sudah dilapisi garam.

"Jika jatuhnya tanpa parasut tentu sudah tenggelam," ujarnya.

Tri menerangkan Satrad 213 Tanjungpinang tidak menangkap sinyal jatuhnya drone target tersebut. Jadi, kemungkinan jatuhnya di wilayah laut internasional lalu dibawa arus hingga ke perairan Bintan.

"Tidak terpantau oleh radar kita. Disamping pengoperasian radar kita 18 jam per hari, bukan 24 jam per hari, sehingga ada waktu loss (tanpa pemantauan) 6 jam dalam satu hari, dikarenakan keterbatasan anggaran di TNI AU," tuturnya.

Aspers Kosekhanudnas 1, Kolonel Pnb Eduard Sri Wisnu mengatakan drone target tersebut sudah jatuh beberapa hari sebelum ditemukan oleh nelayan. Hal ini karena sudah ada garam yang menempel baling-baling kapal. Jadi kalau baru jatuh, belum terbentuk garam pada baling-baling.

"Adanya garam pada baling-baling menunjukkan bahwa drone target tersebut sudah lama mengapung di laut, bertemu dengan udara, terjadi proses oksidasi, sehingga terjadi kerak garam (scalling)," kata Eduard.

Sementara kalau dilihat dari sisi arah arus gelombang laut, ia berpendapat, kemungkinan drone target tersebut berasal dari Malaysia atau Ranai. Kemungkinan beberapa waktu yang lalu ada yang latihan di wilayah laut internasional. 

Tentang drone target ini berbahan bakar methanol, dengan waktu terbang 1,15 jam, tanpa dilengkapi kamera pengintai. Biasanya ditembakkan dari pesawat, digunakan sebagai target penembakan. Sekitar 30 negara memiliki drone target. Ketinggian terbang sejauh 1.500 feet. 

"Indonesia juga memiliki, bahkan PTDI juga bisa membuatnya. Kemungkinan drone target tersebut patah pada sayap pengendalinya, sehingga tidak terkendali. Alat kemudinya kecil, dikendalikan pakai radio," tuturnya.

Ditanya berapa harganya drone target, ia mengaku sebesar Rp250 juta. 

Senada dengan itu Komandan Pangkalan Udara (Danlanud) Tanjungpinang Letkol Penerbang MJ Hanafi mengatakan, drone target mempunyai daya tahan 1,15 jam, kecepatannya 108 knot, atau 200 kilometer/jam. Setelah dijadikan sasaran tembak biasanya dibuang.

"Drone target ini dilengkapi parasut, supaya jika terjatuh di laut tidak langsung tenggelam. Sistem kontrolnya dengan global positioning system (GPS)," kata Hanafi.

Danlanud memastikan tidak ada pesawat pengintai asing yang memasuki wilayah Indonesia, khususnya di wilayah Kepulauan Riau yang berbatasan dengan sejumlah negara.

"Sekali lagi ini bukan pesawat pengintai atau pesawat mata-mata, namun ini 'drone target' yang memang untuk ditembak atau dihancurkan," ujarnya.

Danlanud berharap tidak ada penafsiran macam-macam terhadap penemuan "drone target" tersebut, karena benda tersebut adalah sasaran latihan tembak dari darat atau laut ke udara.

Polda Turunkan Tim

Polda Kepri menurunkan tim untuk melakukan penyelidikan terhadap jatuhnya pesawat tanpa awak tersebut.

Kabid Humas Polda kepri, AKBP Hartono  mengaku tim dari polisi telah diturunkan dan akan bekerja sama dengan instansi terkait intuk melakukan penyelidikan terhadap jatuhnya pesawat tanpa awak di Bintan.

Ia mengatakan, saat ini tim tersebut masih terus mencari penyebab dan pihak yang memiliki pesawat berwarna merah sepanjang 2,5 meter dan sayap pesawat berwarna kuning lebar 2 meter. Sementara badan pesawat terdapat tulisan "Banshee" bernomor 5498 dan di ekor pesawat terdapat tulisan "Meggitt"  yang diduga milik asing dan jenis pengintai itu.

Selain itu juga terdapat perasut berwarna orange yang keluar dari badan pesawat, diduga parasut tersebut keluar setelah pesawat terhempas di laut.

"Petugas masih terus bekerja, untuk mencari tahu pesawat tersebut milik siapa. Belum ada hasil terbaru yang dilaporkan," kata dia.

Pesawat tersebut saat ini telah dievakuasi oleh Personel Pangkalan TNI Angkatan Udara Tanjungpinang namun belum ada keterangan resmi tentang pesawat tersebut.

"Kami masih dalami," kata Danlanud Tanjungpinang Letkol Pnb MJ Hanafie.

Meski diduga milik asing, namun hingga saat ini belum ada pernyataan resmi apakah pesawat tanpa awak tersebut merupakan pesawat pengintai milik asing atau bukan.

Pesawat tersebut sebelumnya ditemukan oleh seorang nelayan, Mukhri sekitar pukul 06.00 WIB di perairan Pulau Pucung usai melaut.

Setelah ditemukan, pesawat tersebut diserahkan ke Polsek Gunung Kijang sebelum akhirnya diambil alih oleh petugas Lanud Tanjungpinang. 

Pesawat ini berukuran panjang 3 meter dan lebar 2,5 meter ditemukan Mukri, nelayan setempat sekitar 1,5 mil dari pantai.

Pesawat berbadan merah dan sayap kuning ini memiliki baling-baling di belakang, dilengkapi dengan parasut dan antena kecil di badan pesawat.

Sumber : Harian Kepri

0 komentar: